ManGala Sutta (Berkah Utama)

Tuesday, October 28, 2008

Mangala Sutta

MANGALA SUTTA (Sutta tentang Berkah Utama)


EVAMME SUTAM,
EKAM SAMAYAM BHAGAVA, SAVATTHIYAM VIHARATI, JETAVANE ANATHAPINDIKASSA ARAME. ATHA KHO ANATHARA DEVATA, ABHIKKANTAYA RATTIYA ABHIKKANTAVANNA KEVALAKAPPAM JETAVANAM OBHASETVA. YENA BHAGAVA TENUPASANKAMI, UPASANKAMITVA BHAGAVANTAM ABHIVADETVA EKAMANTAM ATTHASI, EKAMANTAM THITA KHO SA DEVATA BHAGAVANTAM GATHAYA AJJHABASI:

Demikianlah telah kudengar :
Pada suatu ketika Sang Bhagava menetap di dekat Savatthi, dihutan Jeta di Vihara Anathapindika. Maka datanglah dewa, ketika hari menjelang pagi, dengan cahaya yang cemerlang menerangi seluruh hutan Jeta menghampiri Sang Bhagava, menghormat Beliau lalu berdiri di satu sisi. Sambil berdiri disatu sisi, dewa itu berkata kepada Sang Bhagava dalam syair ini :

BAHU DEVA MANUSSA CA
MANGALANI ACINTAYUM
AKANKHAMANA SOTTHANAM
BRUHI MANGALAMUTTAMAM

ASEVANA CA BALANAM
PANDITANANCA SEVANA
PUJA CA PUJANIYANAM
ETAMMANGALAMUTTAMAM

PATIRUPADESAVASO CA
PUBBE CA KATAPUNNATA
ATTASAMMAPANIDHI CA
ETAMMANGALAMUTTAMAM

BAHUSACCAN CA SIPPAN CA
VINAYO CA SUSIKKHITO
SUBHASITA CA YA VACA
ETAMMANGALAMUTTAMAM

MATAPITU UPATTHANAM
PUTTADARASSA SANGAHO
ANAKULA CA KAMMANTA
ETAMMANGALAMUTTAMAM

DANANCA DHAMMACARIYA CA
NATAKANANCA SANGAHO
ANAVAJJANI KAMMANI
ETAMMANGALAMUTTAMAM

ARATI VIRATI PAPA
MAJJAPANA CA SANNAMO
APPAMADO CA DHAMMESU
ETAMMANGALAMUTTAMAM

GARAVO CA NIVATO CA
SANTUTTHI CA KATANNUTA
KALENA DHAMMASAVANAM
ETAMMANGALAMUTTAMAM

KHANTI CA SOVACASSATA
SAMANANANCA DASSANAM
KALENA DHAMMASAKACCHA
ETAMMANGALAMUTTAMAM

TAPO CA BRAHMACARIYANCA
ARIYASACCANA DASSANAM
NIBBANASACCHIKIRIYA CA
ETAMMANGALAMUTTAMAM

PHUTTHASSA LOKADHAMMEHI
CITTAM YASSA NA KAMPATI
ASOKAM VIRAJAM KHEMAM
ETAMMANGALAMUTTAMAM

ETADISANI KATVANA
SABBATTHAMAPARAJITA
SABBATTHA SOTTHIM GACCHANTITAN
TESAM MANGALAMUTTAMAM` TI.

Banyak Dewa dan manusia
Berselisih paham tentang berkah
Yang diharapkan membawa keselamatan;
Terangkanlah, apa Berkah Utama itu ?

Tidak bergaul dengan orang yang tidak bijaksana
Bergaul dengan mereka yang bijaksana.
Menghormat mereka yang patut dihormat ,
Itulah Berkah Utama

Hidup di tempat yang sesuai
Berkat jasa-jasa dalam hidup yang lampau
Menuntun diri ke arah yang benar
Itulah Berkah Utama

Memiliki pengetahuan dan keterampilan
Terlatih baik dalam tata susila
Ramah tamah dalam ucapan
Itulah Berkah Utama

Membantu ayah dan ibu
Menyokong anak dan isteri
Bekerja bebas dari pertentangan
Itulah Berkah Utama

Berdana dan hidup sesuai dengan Dhamma
Menolong sanak keluarga
Bekerja tanpa cela
Itulah Berkah Utama

Menjauhi, tidak melakukan kejahatan
Menghindari minuman keras
Tekun melaksanakan Dhamma
Itulah Berkah Utama

Selalu menghormat dan rendah hati
Merasa puas dan berterima kasih
Mendengarkan Dhamma pada saat yang sesuai
Itulah Berkah Utama

Sabar, rendah hati bila diperingatkan
Mengunjungi para pertapa
Membahas Dhamma pada saat yang sesuai
Itulah Berkah Utama

Bersemangat dalam menjalankan hidup suci
Menembus Empat Kesunyataan Mulia
Serta mencapai Nibanna
Itulah Berkah Utama

Meski tergoda oleh hal-hal duniawi
Namun batin tak tergoyahkan,
Tiada susah, tanpa noda, penuh damai
Itulah Berkah Utama

Karena dengan mengusahakan hal-hal itu
Manusia tak terkalahkan di mana pun juga
Serta berjalan aman ke mana juga
Itulah Berkah Utama.
__________________
YO DHAMMAM DESESI ADIKALYANAM MAJJHEKALYANAM PARIYOSANAKALYANAM TI

Dhamma itu indah pada awalnya, indah pada pertengahannya dan indah pada akhirnya
Reply With Quote

Monday, October 27, 2008

Sejarah Otentik Sang Buddha

BUDDHA ADALAH GURU SPIRITUAL YANG MEMILIKI SEJARAH OTENTIK



Banyak pemimpin spiritual, penemu, penyelamat serta dewa-dewa yang belum tentu adalah orang-orang bersejarah. Tak ada bukti-bukti sejarah yang dapat diterima untuk membuktikan bahwa mereka benar-benar pernah ada. Akan tetapi, terdapat banyak sekali bukti yang mendukung fakta bahwa Buddha adalah seorang yang terkemuka dalam sejarah, dan bahwa beliau benar-benar pernah hidup di dunia ini.

Seluruh dunia sekarang ini telah mengakui fakta bahwa Beliau adalah seorang tokoh bersejarah. Garis keturunan Beliau (Sakya), marga (Gotama), nama Beliau (Siddharta) semua tercatat dalam naskah India kuno. Keseluruhan naskah terdapat dalam buku-buku Theravada dan Mahayana. Tempat kelahiran beliau, tempat di mana Beliau pertama kali memberikan khotbah, tempat Beliau mencapai nibbana, masih dapat ditemui. Raja Asoka mengunjungi banyak tempat tersebut dengan berjalan kaki. Ia mendirikan bangunan-bangunan batu di tempat-tempat tersebut. Kota-kota, desa-desa, batu-batuan, sungai yang dimaksud dalam khotbah dan percakapan Beliau, tetap masih ada sampai dengan sekarang. orang-orang yang beliau temui, raja Bimbisara, raja Asoka, raja Ajatasatta, dan raja-raja Licchavi, juga merupakan tokoh-tokah bersejarah.

Raja Asoka yang mengunjungi Lumbini, tempat di mana Pangeran Siddharta lahir, mendirikan pilar batu di sana untuk menandakan bahwa tempat tersebut sakral. Pada pilar tersebut tertulis sebagai berikut:
"Devanam piyena piyadasina lajina visati vasahi sitena atana agaca mahiyite hida Budhe jate sakya muniti sila vigada hiva kala pita, sila thabheva use papite hida bhagavam jateti Linmini game ukhalike kate ata bhagiyeva." (Raja Devanampriya Priyadarshi mengunjungi tempat ini pada tahun ke 20 sejak penobatannya, dan memberikan sujud di sini sebagaimana tempat ini adalah tempat kelahiran Buddha Sakyamuni. Dinding batu pun didirikan. Beliau membangun pilar batu. Desa Lumbini dibebaskan dari pajak. Dari pendapatannya juga didanakan untuk desa.)" (Pilar batu lumbini)

Di beberapa prasasti yang dibangun oleh raja Asoka disebutkan nama Buddha. Di berbagai tempat di mana Buddha pernah menetap dijelaskan "Savatthiyam Viharati Jetavane" (di hutan jeta di Savatthi); "Sakkesu Viharati Kapilavatthusmin (di Kapilavatthu); "Vesaliyam Viharati Mahavane" (di Vesali di hutan besar); "Rajagaha; "Kosambiyam Viharati Ghositarame" (di Ghositarana di Kosambi) ; "Rajagahe Viharati Mora Nivape" (di Mora Nivape di Rajagaha); "Saketa Viharati Kalakarame" (di Kalakarama di Saketa); "Rajagahe Viharati Gijjhakute Pabbate" (di batu Gijjhakuta di Rajagaha); "Rajagahe Viharati Veluvana Kalandaka Nivape" (di Veluvana, Kalandaka Nivapa, di Rajagaha); "Anthara ca Ukkuttham anthara ca setavyam" (berjalan diantara kota-kota Ukkuttha dan Setvya); "Bhaggesu Viharati Sumsumaragire" (di Bhagga di Sumsumaragira); "Koliyesu Viharati Sajjanelam" (di Sajjanela di tanah Koliya); "Kusinarayam Viharati Mallanam Salavana" (di hutan Sala di Mallas di Kusinara)

"Savatthiyanm Viharati Pubbarame" (di Pubbarama di Savatthi); "Bhagavanalike Viharati Niculavane (di Niculavane di Bhagava Nalike); "Baranasiya Viharati Gijjhakavasathe (di Gijjhakavasatha); "Kimbilayum Viharati Isipatane Migadaye" (di Kimbila di Isipatana); "Alaviyam Viharati aggalave Cetiye" (di Vihara Aggalava di Alaviya); "Campayam Viharati Pokkharani Tire" (di Campa dekat kolam); "Magadhesu Viharati Manimalake" (di manimalaka di Magadhe).

Semua tempat ini ditemukan di India Utara bahkan hingga sekarang. Beberapa sungai yang dimaksudkan Buddha, seperti Gangga, Yamuna, Aciravati, dan Godhavari, masih tetap mengalir. Gunung-gunung yang dikisahkan, misalnya Himalaya dan Gijjhakuta tetap berdiri. Brahmana-brahmana, juga masih ada di India pada zaman ini. Acara-acara ritual dan persembahan yang ditunjukkan oleh Buddha sebagai hal yang sia-sia masih tetap dipraktikkan juga.

Perpecahan kasta yang marak terjadi pada zaman itu tumbuh dengan subur juga di zaman sekarang ini. Daerah-daerah yang pernah Beliau lewati masih tetap ada. Buddha menunjukkan empat tempat yang harus dikunjungi oleh umat awam, mereka harus melihat keempat tempat tersebut.

Empat tempat tersebut adalah tempat kelahiran Buddha, tempat Buddha mencapai pencerahan, tempat di mana Buddha menyampaikan Dhamacakkapavattana Sutta, dan tempat Buddha parinibbana. Masing-masing tempat tersebut adalah Lumbini, Buddha Gaya, Isipatana, dan Kusinara (Catarrimani Ananda Saddhassa Kulaputassa dassaniyani samvejanithanani. Katamani Cattari: idaha tathagatena anuttarang Dhammacakkam Pavattitanti; idha tathagato anupadisesaya Nibbana dhatuya parinibbuto¯ti) (Mahaparinibbana Sutta)

Ribuan umat mengunjungi empat tempat suci yang disampaikan oleh Buddha. Melihat langsung tempat-tempat tersebut akan membuat mereka tergerak. Tempat-tempat indah yang disampaikan oleh Buddha kepada Ananda, juga masih dapat dilihat. (Ramaniya Sattamba Cetiyam, Ramaniya Bahuputta Cetiyam, Ramaniya Ananda Sarananda Cetiyam, Ramaniya Capala Cetiyam). (Mahaparinibbana Sutta)

Tempat-tempat yang disampaikan oleh Buddha sebagai tempat yang benar-benar menyenangkan adalah Vesali, Udena, Cetiya, Gotamaka Cetiya, Sattamba Cetiya, Capala Cetiya. Pada saat Buddha menjelang hari-hari terakhirNya Ananda bertanya kepada Beliau sebagai berikut:

"Guru tempat ini adalah pinggiran kota kecil. Janganlah meninggal di kota kecil seperti ini. Di India banyak kota besar seperti Campa, Rajagaha, Savatthi, Saketa, Kosambi dan Banarasi. Meninggal di salah satu kota tersebut". (Mahaparinibbana Sutta)

Sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Sang Buddha, 16 kerajaan besar di India, selama zaman Buddha, Anga, Magadha, Kasi, Kosala, Vajji, Malla, Ceti, Vanga, Kuru, Pancala, Maccha, Surasena, Assaka, Avanti, Gandhara dan Kamboja.

Tanah hitam yang terbakar saat tubuh Buddha dikremasikan dapat dilihat sampai sekarang. Pohon Bodhi di mana Buddha mencapai pencerahan masih terdapat juga hingga saat ini. Pohon muda dari pohon Bodhi telah tumbuh di Anuradhapura, Sri Lanka. Dua kotak berisi relik Y.M. Sariputta dan Y.M. Mogallana, dua pengikut utama Buddha yang dikembalikan ke India dari museum Albert dan Victoria di Inggris dan disimpan di Sanchi Stupa.

Dua kata "Saruputtasa" dan "Mugalanasa" diukir di atas kotak. Relik gigi yang disimpan di Vihara relik gigi di Kandy, Sri Lanka. Khotbah-khotbah Buddha di dalam Tipitaka dilindungi di negara-negara Buddhis. Garis kebhikkhuan masih berkembang dan terdapat puluhan ribu bhikkhu di negara-negara Buddhis.

Raja Kaniskha pada abad pertama membuat koin gambar Buddha di atasnya. Dua bhikkhu peziarah dari China Fa-Hien dan Huen-Tsiang, mengunjungi semua tempat-tempat Buddhis yang penting pada abad ke 5 dan ke 7 Masehi. Di sejumlah negara-negara di Asia, di mana Buddhisme berkembang, gambar Buddha ditemukan tidak hanya ribuan tetapi ratusan ribu. Oleh karena itu, Buddha merupakan tokoh besar dalam sejarah yang membuat sejarah. Buddha mengisi tempat yang paling penting dia ntara tokoh-tokoh besar yang mewarnai sejarah manusia dan sejarah dunia.

Apa Itu Hari Kathina

Asal Usul Hari Kathina


Oleh: Yang Mulia Bhikkhu Dhammavicaro


Dalam menyambut masa Kathina yang berlangsung selama satu bulan, ada baiknya kita mengingat dan menelusuri kembali sejarah Kathina. Bagi umat Buddha, masa Kathina erat kaitannya dengan berdana kepada Sangha. Masa Kathina selalu disambut umat Buddha dengan begitu meriah, ini dapat dilihat dari semangat umat Buddha memperingati Kathina dengna berbondong-bondong datang ke Vihara. Mereka dengan perasaan bahagia, dan penuh ketulusan hati melakukan persembahan kepada Sangha.

Peristiwa ini sudah berlangsung beribu-ribu tahun lamanya dan menarik sekali apabila kita telusuri bagaimana sesungguhnya Kathina sampai ditetapkan oleh Sang Buddha Gotama?

Sejarah mencatat bahwa setelah meraih Pencerahan Agung, Sang Buddha melakukan perjalanan ke Taman Rusa Isipatana, di dekat Benares. Beliau membabarkan Dhamma yang dikenal dengan Dhammacakkapavatana Sutta kepada lima orang pertapa yang pernah menjadi sahabatNya? Kondana, Vappa, Bhaddiya, Mahanama, dan Assaji. Setelah menguraikan khotbah pertama, Sang Buddha tetap tinggal disana. Beliau bertemu dengan Yasa -- anak seorang pedagang kaya raya di Benares -- dan memberikan wejangan Dhamma kepadanya. Disamping itu, Sang Buddha juga membabarkan Dhamma kepada ayah Yasa dan empat sahabat Yasa. Mereka beserta para pengikutnya -- semuanya berjumlah lima puluh lima orang -- meninggalkan kehidupan berumah tangga, memasuki kehidupan tanpa rumah (menjadi Bhikkhu), dan mencapai tingkat kesucian Arahat.

Jumlah siswa Sang Buddha yang telah mencapai tingkat kesucian Arahat pada saat itu sebanyak enam puluh orang. Kepada mereka Sang Buddha menyerukan untuk menyebarkan Dhamma dengan berkata :

"Aku telah terbebas dari semua ikatan-ikatan, O para Bhikkhu, baik yang bersifat batiniah maupun yang bersifat jasmania; demikianlah pula kamu sekalian, sekarang kamu harus menggembara untuk kesejahteraan orang banyak. Janganlah pergi berduaan ke tempat yang sama. Babarkanlah Dhamma yang indah pada awalnya, indah pada pertengahannya, dan indah pada akhirnya. Umumkanlah tentang kehidupan suci yang benar-benar bersih dan sempurna dalam ungkapan dan hakikatnya. Terdapat makhluk-makhluk yang matanya hanya ditutupi oleh sedikit debu. Kalau tidak mendengar Dhamma mereka akan kehilangan manfaat yang besar. Karena mereka adalah orang-orang yang dapat mengerti Dhamma dengan sempurna. Aku sendiri akan pergi ke Senanigama di Uruvela untuk mengajar Dhamma".

Masa penyebaran Dhamma telah dimulai. Tetapi pada saat itu Sang Buddha belum menyatakan masa Vassa dan masa Kathina. Semangat untuk menyebarkan Dhamma dalam diri para Bhikkhu nampaknya sangat besar.

Hal ini bisa terlihat dari adanya sekelompok Bhikkhu yang mengadakan perjalanan pada musim dingin, musim panas, maupun musim hujan (Sebagaimana diketahui di India hanya dikenal tiga Musim).

Melihat hal ini masyarakat mengkritik dengan mengatakan, "Mengapa para Bhikkhu Sakyaputta (murid-murid Sang Buddha) mengadakan perjalanan pada musim dingin, panas dan musim hujan sehingga mereka menginjak tunas-tunas muda, rumput-rumputan, serta merusak kehidupan yang sangat penting dan mengakibatkan binatang-binatang kecil mati? Tetapi pertapa-pertapa lain, yang walaupun kurang baik dalam melaksanakan peraturan (Vinaya), namun mereka menetap selama musim hujan".

Mendengar keluhan masyarakat tersebut, beberapa orang Bhikkhu menghadap Sang Buddha dan melaporkan kejadian di atas. Sang Buddha kemudian memberikan keterangan yang masuk akal, dan bersabda :

"Para Bhikkhu, saya izinkan kamu untuk melaksanakan masa Vassa".

Kemudian terpikir oleh para Bhikkhu,

"Kapan masa Vassa dimulai ?".

Mereka menyatakan hal ini kepada Sang Buddha dan Beliau kemudian menyatakan, "Saya izinkan kamu melaksanakan masa Vassa selama musim hujan".

Kemudian terpikir lagi oleh para Bhikkhu,

"Berapa banyak periode untuk memulai masa Vassa ?".

Mereka menyampaikan hal ini kepada Sang Buddha, Beliau berkata,

"O para Bhikkhu, terdapat dua masa untuk memasuki masa Vassa, yang awal dan yang berikutnya. Yang awal dimulai sehari setelah purnama di bulan Asalhi (Kini dikenal dengan Hari Raya Asadha) dan yang berikutnya dimulai sebulan setelah purnama di bulan Asalhi. Itulah dua periode untuk memulai musim hujan". Sejauh ini belum ada ketetapan mengenai Kathina Upacara persembahan jubah kepada Sangha setelah menjalani Vassa. Sang Buddha baru menetapkan masa Vassa dan sejak saat itu, para Bhikkhu melaksanakan masa Vassa. Pada masa Vassa para Bhikkhu menetap selama musim hujan dan melatih dirinya.

Kathina mempunyai kisah tersendiri, sebagai berikut, pada waktu itu Sang Buddha menetap di Savatthi, di hutan Jeta di vihara yang di dirikan oleh Anathapindika. Ketika itu terdapat tiga puluh orang Bhikkhu dari Pava sedang mengadakan perjalanan ke Savatthi untuk bertemu dengan Sang Buddha.

Ketika masa Vassa tiba, mereka belum sampai di Savatthi. Mereka memasuki masa Vassa di Saketa dengan berpikir,

"Sang Buddha tinggal sangat dekat, hanya enam yojana dari sini tetapi kita tidak mempunyai kesempatan bertemu dengan Sang Buddha".

Setelah menjalankan masa Vassa selama tiga bulan, dengan jubah basah kuyup dan kondisi yang lelah mereka sampai di Savatthi. Setelah memberi hormat, mereka duduk dengan jarak yang pantas.

Sang Buddha berkata,

"O para Bhikkhu, semoga semuanya berjalan dengan baik. Saya berharap kalian mendapatkan sokongan hidup. Selalu penuh persahabatan dan harmonis dalam kelompok. Kamu melewatkan masa Vassa dengan menyenangkan dan tidak kekurangan dalam memperoleh dana makanan".

Kemudian para Bhikkhu menjawab:

"Segala sesuatu berjalan dengan baik, Sang Bhagava. Kami mendapatkan sokongan yang cukup, dalam kelompok selalu penuh persahabatan dan harmonis, dan mendapatkan dana makanan yang cukup. Kami sebanyak tiga puluh orang Bhikkhu dari Pava ke Savatthi untuk bertemu dengan Sang Bhagava, tetapi ketika musim hujan mulai, kami belum sampai di Savatthi untuk bervassa. Kami memasuki masa Vassa dengan penuh kerinduan dan berpikir, Sang Bhagava tinggal dekat dengan kita, enam yojana, tetapi kita tidak mempunyai kesempatan melihat Sang Bhagava. Kemudian kami, setelah menjalankan masa Vassa selama tiga bulan, menjalankan pavarana, hujan, ketika air telah berkumpul, rawa telah terbentuk, dengan jubah yang basah kuyup dan kondisi yang lemah dalam perjalanan yang jauh".

Setelah memberikan wejangan Dhamma,Sang Buddha berkata kepada para Bhikkhu,

"O para Bhikkhu, Saya izinkan untuk membuat jubah Kathina bila menyelesaikan masa Vassa secara lengkap........".

Demikianlah izin membuat jubah Kathina ditetapkan Sang Buddha ketika Beliau tinggal di Savatthi.

Sampai sekarang Kathina tetap diperingati sebagai upacara persembahan jubah kepada Sangha setelah menjalani Vassa. Jadi setelah masa Vassa berakhir, umat Buddha memasuki masa Kathina atau bulan Kathina. Dalam kesempatan tersebut, selain memberikan persembahan jubah Kathina, umat Buddha juga berdana kebutuhan pokok para Bhikkhu, perlengkapan vihara, dan berdana untuk perkembangan dan kemajuan agama Buddha. Hubungan harmonis antara Bhikkhu Sangha dan umat awam seperti yang tercermin dalam masa Kathina ini, sungguh merupakan suatu berkah dalam kehidupan ini. Kathina memang memberikan makna yang mendalam bagi umat Buddha.
__________________

Kelompak Alam PETA (Setan)

Makhluk Setan ini terbagi dalam beberapa kelompok, diantaranya terdapat kelompok-kelompok setan yang disebut PETA 4, PETA 12 dan PETA 21 sebagai tertulis di bawah ini :



PETA 4 (terdapat dalam Kitab Petavatthu-Atthakatha)

1. Paradattupajivika-Peta :
Setan yang memelihara hidupnya dengan memakan makanan yang disuguhkan orang dalam upacara sembahyang.

2. Khupapipasika-Peta:
Setan yang selalu lapar dan haus.

3. Nijjhamatanhika-Peta:
Setan yang selalu kepanasan.

4. Kalakancika-Peta:
Setan yang sejenis Asura.

Penjelasan :

Hanya Paradattupajivika-Peta saja yang dapat menerima makanan yang diberikan orang dalam upacara sembahyang serta kiriman jasa dari keluarga. Para Bodhisattva, jika terlahir menjadi setan, akan menjadi Paradattupajivika-Peta, dan tidak akan menjadi setan (peta) yang lain.



PETA 12 (terdapat dalam Kitab Gambhilokapannatti).

1. Vantasa-Peta: Setan yang makan air ludah, dahak dan muntah.

2. Kunapasa-Peta : Setan yang makan mayat manusia dan binatang.

3. Guthakhadaka-Peta: Setan yang makan berbagai kotoran.

4. Aggijalamukha-Peta : Setan yang dimulutnya selalu ada api.

5. Sucimuja-Peta : Setan yang mulutnya sekecil lobang jarum.

6. Tanhattika-Peta: Setan yang dikendalikan oleh napsu keinginan rendah sehingga lapar dan haus.

7. Sunijjhamaka-Peta : Setan yang berbulu hitam seperti arang.

8. Suttanga-Peta : Setan yang mempunyai kuku tangan kaki yang panjang dan tajam seperti pisau.

9. Pabbatanga-Peta: Setan yang bertubuh setinggi gunung.

10. Ajagaranga-Peta : Setan yang bertubuh seperti ular.

11. Vemanika-Peta : Setan yang menderita pada waktu siang, dan senang pada waktu malam dalam kahyangan.

12. Mahidadhika-Peta: Setan yang mempunyai ilmu gaib.

PETA 21 (terdapat dalam Kitab Suci Vinaya dan Lakkhanasanyutta).

1. Attisankhasika-Peta : Setan yang mempunyai tulang bersambungan, tetapi tidak mempunyai daging.

2. Mansapesika-Peta : Setan yang mempunyai daging terpecah-pecah, tetapi tidak mempunyai tulang.

3. Mansapinada-Peta : Setan yang mempunyai daging berkeping-keping.

4. Nicachaviparisa-Peta : Setan yang tidak mempunyai kulit.

5. Asiloma-Peta: Setan yang berbulu tajam.

6. Sattiloma-Peta : Setan yang berbulu seperti tombak.

7. Usuloma-Peta : Setan yang berbulu panjang seperti anak panah.

8. Suciloma-Peta: Setan yang berbulu sepertijarum.

9. Dutiyasuciloma-Peta: Setan yang berbulu seperti jarum kedua (lebih tajam).

10. Kumabhanda-Peta : Setan yang mempunyai kemaluan sangat besar.

11. Guthakupanimugga-Peta : Setan yang bergelimangan dengan kotoran.

12. Guthakhadaka-Peta: Setan yang makan berbagai macam kotoran.

13. Nicachavitaka-Peta: Setan perempuan yang tidak mempunyai kulit.

14. Dugagandha-Peta : Setan yang baunya sangat busuk.

15. Ogilini-Peta: Setan yang badannya seperti bara api.

16. Asisa-Peta: Setan yang tidak mempunyai kepala.

17.Bhikkhu-Peta : Setan yang berbadan seperti bhikkhu. .

18. Bhikkhuni-Peta : Setan yang berbadan seperti bhikkhuni.

19. Sikkhamana-Peta: Setan yang berbadan seperti Setan yang berbulu seperti pelajar wanita atau calon bhikkhuni.

20. Samanera-Peta : Setan yang berbadan seperti samanera.

21. Samaneri-Peta : Setan yang berbadan seperti samaneri.

31 Alam Kelahiran Bedasarkan Pandangan Budhis

31 alam kehidupan terdiri dari:

A. 11 Kamma Bhumi yaitu 11 alam kehidupan dimana makhluk2nya masih senang dengan nafsu2 indera dan terikat dengan panca indera

B. 16 Rupa Bhumi yaitu 16 alam kehidupan yg makhluk2nya mempunyai Rupa Jhana

C. 4 Arupa Bhumi yaitu 4 alam kehidupan yg makhluk2nya mempunyai Arupa Jhana


A. 11 Kamma Bhumi terdiri dari:

1. Apaya-Bhumi 4 (4 alam kehidupan yg menyedihkan) yaitu:

a. Niraya Bhumi (alam neraka) terbagi menjadi beberapa kelompok di antaranya ada yg disebut kelompok Maha Neraka 8 (sanjiva neraka, kalasutta neraka, sanghata neraka, roruva neraka, maharoruva neraka, tapana neraka, mahatapana neraka, avici neraka).

b. Tiracchana Bhumi (alam binatang). Binatang berkaki terbagi menjadi 4 kelompok yaitu:
1) Apadatiracchana yaitu kelompok binatang yg tidak mempunyai kaki
2) Dvipadatiracchana yaitu kelompok binatang yg berkaki 2
3) Catupadatiracchana yaitu kelompok binatang yg berkaki 4
4) Bahuppadatiracchana yaitu kelompok binatang yg berkaki banyak

c. Peta Bhumi (alam setan) terdiri dari beberapa kelompok yg disebut peta 4, peta 12 dan peta 21

d. Asurakaya Bhumi (alam raksasa) terdiri dari:
1) Deva asura yaitu kelompok dewa yg disebut asura
2) Peta asura yaitu kelompok setan yg disebut asura
3) Niraya asura yaitu kelompok makhluk neraka yg disebut asura

2. Kamasugati Bhumi 7 (7 alam kehidupan nafsu yg menyenangkan) yaitu:

a. Manussa Bhumi (alam manusia)

b. Catummaharajika Bhumi (alam 4 raja dewa: Dhatarattha, Virulaka, Virupakkha & Kuvera) terbagi dalam 3 kelompok yaitu:

1) Bhumamattha Devata yaitu para dewa yg berdiam di atas tanah (di gunung, sungai, laut, rumah, vihara,dll)

2) Rukakkhattha Devata yaitu para dewa yg berdiam di atas pohon

3) Akasattha Devata yaitu para dewa yg berdiam di angkasa (di bulan, bintang,dll)

c. Tavatimsa Bhumi (alam 33 dewa). Disebut alam 33 dewa karena dahulu kala ada sekelompok pria yg berjumlah 33 orang yg selalu bekerja sama dalam berbuat kebaikan. Sewaktu mereka meninggal dunia semuanya terlahir dalam satu alam dewa.

d. Yama Bhumi (alam dewa Yama). Para dewa di alam ini terbebas dari kesulitan, yg ada hanya kesenangan.

e. Tusita Bhumi (alam kenikmatan). Para dewa di alam ini terbebas dari "kepanasan hati", yg ada hanya kesenangan dan kenikmatan

f. Nimmanarati Bhumi (alam yg menikmati ciptaannya). Para dewa di alam ini menikmati kesenangan panca inderanya dari hasil ciptaannya sendiri.

g. Paranimmitavasavatti Bhumi (alam dewa yg menyempurnakan ciptaan dewa lain). Para dewa di alam ini di samping menikmati kesenangan panca indera juga mampu membantu menyempurnakan ciptaan dewa2 lainnya.

B. 16 Rupa Bhumi terdiri dari:

1. Pathama Jhana Bhumi 3 (3 alam kehidupan Jhana pertama) yaitu:

a. Brahma Parissaja Bhumi (alam pengikut2nya Brahma)
b. Brahma Purohita Bhumi (alam para menterinya Brahma)
c. Maha Brahma Bhumi (alam Brahma yg besar)

2. Dutiya Jhana Bhumi 3 (3 alam kehidupan Jhana kedua) yaitu:
a. Brahma Parittabha Bhumi (alam para brahma yg kurang cahaya)
b. Brahma Appamanabha Bhumi (alam para Brahma yg tak terbatas cahayanya)
c. Brahma Abhassara Bhumi (alam para Brahma yg gemerlap cahayanya)

3. Tatiya Jhana Bhumi 3 (3 alam kehidupan Jhana ketiga) yaitu:
a. Brahma Parittasubha Bhumi (alam para Brahma yg kurang auranya)
b. Brahma Appamanasubha Bhumi (alam para Brahma yg tak terbatas auranya)
c. Brahma Sibhakinha Bhumi (alam para Brahma yg auranya penuh & tetap)

4. Catuttha Jhana Bhumi 7 (7 alam kehidupan Jhana keempat) yaitu:

a. Brahma Vehapphala Bhumi (alam para Brahma yg besar pahalanya)

b. Brahma Asannasatta Bhumi (alam para Brahma yg kosong dari kesadaran)

c. Alam Suddhavasa 5 (5 alam kediaman yg murni) terdiri dari:

1) Brahma Aviha Bhumi (alam para Brahma yg tidak bergerak atau alam bagi Anagami yg kuat dalam keyakinan/saddhindriya)

2) Brahma Atappa Bhumi (alam para Brahma yg suci atau alam bagi Anagami yg kuat dalam usaha/viriyindriya)

3) Brahma Sudassa Bhumi (alam para Brahma yg indah atau alam bagi Anagami yg kuat dalamkesadaran/satindriya)

4) Brahma Sudassi Bhumi (alam para Brahma yg berpandangan terang atau alam bagi Anagami yg kuat dalam konsentrasi/samadindriya)

5) Brahma Akanittha Bhumi (alam para Brahma yg luhur atau alam bagi Anagami yg kuat dalam kebijaksanaan/pannindriya)

C. 4 Arupa Bhumi terdiri dari:

1. Akasanancayatana Bhumi (keadaan dari konsepsi ruangan tanpa batas)
2. Vinnanancayatana Bhumi (keadaan dari konsepsi kesadaran tanpa batas)
3. Akincannayatana Bhumi (keadaan dari konsepsi kekosongan)
4. Nevasannanasannayatana Bhumi (keadaan dari konsepsi bukan pencerapan maupun bukan tidak pencerapan)

Tambahan:
Rupa Brahma berarti Brahma bermateri yaitu Brahma yg mempunyai pancakhanda. Sedangkan Arupa Brahma berarti Brahma tak bermateri yaitu Brahma yg hanya mempunyai Nama Khanda (batin), tidak mempunyai Rupa Khanda (jasmani).

Sunday, October 26, 2008

Tujuh Keajaiban Jejak-Jejak Sang Buddha

Tujuh Keajaiban Jejak-Jejak Sang Buddha




India adalah negara dimana benih-benih Buddhisme pertama kali muncul. Di sinilah Sang Buddha menyebarkan ajaran mulia agama ini.

Ada sekitar 16 situs ziarah Buddhis, di antaranya ada 4 yang memiliki arti penting. Mengikuti tur Buddhis akan memberikan kita sebuah pengetahuan akan asal muasal dan pertumbuhan Buddhisme di negara ini.

Beberapa situs ziarah Buddhisme yang ternama terletak di Lembah Gangga di bagian utara India. Di tempat inilah Sang Buddha menyampaikan ajaran pertama-Nya yang ada dalam ajaran Buddhisme.

Jadi ikutilah jejak-jejak Sang Buddha di tujuh tempat ini. Berikut tempat-tempat yang merupakan situs yang penting bagi umat Buddha:

1. Bodhgaya.



Sebuah tempat yang penting dalam mempelajari Buddhisme, Bodhgaya terletak di propinsi Bihar. Di sinilah Sang Buddha mencapai Pencerahan. Kota ini merupakan situs ziarah yang terkenal dan merupakan rumah yang indah bagi vihara-vihara dan stupa-stupa. Ratusan turis dan penziarah datang ke sini setiap tahunnya.

2. Lumbini.


Kota kecil ini terletak di perbatasan Nepal-India. Merupakan tempat kelahiran Pangeran Siddhattha, Sang Bodhisatta (calon Buddha). Di sana ada beberapa vihara dan monumen keagamaan yang terkenal dengan keindahan pahatannya.

3. Rajgir.


Kota yang indah ini merupakan situs ziarah Buddhis yang penting. Pada masa lampau dikenal dengan nama Rajagriha (Rajagrha), kota ini dikelilingi oleh pegunungan dan pepohonan. Merupakan salah satu dari tempat yang penting bagi agama Buddha dan Sang Buddha menyampaikan ajaranNya di sini. Kota ini penuh dengan kuil dan vihara-vihara.

4. Nalanda.


Universitas tua ini terletak di dekat Rajgir. Merupakan salah satu tempat penting untuk pembelajaran Buddhis. Didirikan pada abad ke-5 Sebelum Masehi, universitas ini dikunjungi oleh para sarjana dan siswa-siswa ternama. Sekarang ratusan turis datang ke sini untuk melihat reruntuhannya. Di sini juga terdapat sebuah museum yang dikelola oleh Badan Survey Arkeologi India.

5. Sanchi.


Termasuk di antara situs ziarah Buddhis yang terkenal, Sanchi merupakan rumah bagi banyak stupa-stupa, vihara-vihara, kuil-kuil Buddhis dan monumen-monumen keagamaan lainnya. Ratusan turis juga datang ke sini untuk melihat pohon Bodhi Ananda yang terkenal.

6. Varanasi dan Sarnath.


Selain dikenal sebagai pusat ziarah bagi umat Hindu, Varanasi juga dikenal sebagai tempat keagamaan yang terkenal bagi umat Buddha. Ketika dalam tur menuju Varanasi, kita juga bisa mengunjungi Sarnath. Sarnath merupakan tempat dimana untuk pertama kalinya Sang Buddha membabarkan Dhamma dengan kotbah pertama-Nya yang terdaat dalam Dhammacakkappavattana Sutta.

7. Kushinagar.


Sang Buddha menghembuskan napas terakhir-Nya di kota kecil ini di Uttar Pradesh. Kotbah terakhir-Nya yang terdapat dalam Maha Parinibbana Sutta juga dibabarkan di sini. Di sini ada beberapa jumlah vihara dan monumen yang menarik ratusan para penziarah.

Terlepas dari situs-situs ini, tur Buddhis juga bisa termasuk mengunjungi tempat seperti Gua Ajanta dan Ellora, Sravasti dan Sankasia. Semua tempat-tempat ini kaya dengan nilai-nilai sejarah yang penting dan terdapat banyak vihara, stupa dan kuil. Bahkan sebagai bonus, beberapa kelompok tur memberikan kesempatan ekpada kita untuk bisa mengunjungi Taj Mahal.

Jika kita sebagai umat Buddha berencana untuk mengunjungi situs-situs tersebut ada hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum berangkat kesana, yaitu persiapan materi, fisik dan mental.

Untuk saat ini, dana yang dikeluarkan untuk mengunjungi situs-situs tersebut cukup besar, sekitar $ 2000 (sekitar 20 juta rupiah) belum termasuk biaya-biaya tak terduga lainnya. Bagi kita yang belum memiliki dana sebanyak ini, tidaklah perlu memaksakan diri untuk pergi, karena mengunjungi situs-situs tersebut bukanlah suatu kewajiban.

Perjalanan menuju situs-situs tersebut tidaklah semudah dan senyaman ketika kita mengunjungi Bali di Indonesia atau Gua Batu di Malaysia atau Pattaya di Thailand. Jarak yang berjauhan antar situs dan teriknya matahari merupakan hal yang perlu kita perhatikan. Untuk itu fisik yang kuat merupakan syarat yang perlu diperhatikan. Namun ketidaknyamanan ini bukan berarti sama seperti kita berada di tanah tandus yang tidak bertuan atau di gurun pasir yang tidak ada airnya.

Dan yang terpenting dari perjalanan menuju situs-situs ini dimana kita melakukannya sebagai suatu proses ziarah adalah persiapan mental. Niat yang tulus untuk meningkatkan saddha (keyakinan) kita kepada Buddha, Dhamma dan Sangha, adalah hal yang perlu kita persiapkan. Dengan demikian maka kita akan mendapatkan pengalaman batin yang luar biasa ketika pulang ke tanah air.
KEHANCURAN ALAM SEMESTA
menurut pandangan Buddhis




Inilah kutipan dari Visuddhi magga (Bab XIII, 28-65) mengenai apa yang akan terjadi di akhir jaman, di masa yang akan datang, lama sekali setelah kemunculan Buddha terakhir pada siklus bumi sekarang ini yaitu Buddha Metteyya, ada suatu masa muncullah awan tebal yang menyirami seratus milyar tata surya (Kotisatasahassa cakkavalesu). Manusia bergembira, mereka mengeluarkan benih simpanan mereka, dan menanamnya, tetapi ketika kecambah mulai tumbuh cukup tinggi bagi anak sapi untuk merumput, tiada lagi hujan yang turun setetespun sejak saat itu. Inilah yang dikatakan oleh Sang Buddha, ketika beliau mengatakan “para bhikkhu pada suatu kesempatan yang akan datang setelah banyak tahun, banyak ratusan tahun, banyak ribuan tahun, banyak ratusan ribu tahun tidak turun hujan” (Anguttara Nikaya IV, 100) Para mahluk yang hidupnya bergantung dari air hujan menjadi mati dan terlahir kembali di alam Brahma, begitu juga para dewa yang hidupnya tergantung pada buah-buahan dan bunga.

Setelah melewati periode yang sangat panjang dalam kekeringan seperti ini, air mulai mengering disana sini, selanjutnya ikan dan kura-kura jenis tertentu mati dan terlahir kembali di alam Brahma, dan demikian juga para mahluk penghuni neraka, ada juga yang mengatakan para mahluk penghuni neraka mati dengan kemunculan matahari ketujuh (mati dan terlahir lagi di alam brahma).

Dikatakan bahwa tak ada kelahiran di alam Brahma tanpa memiliki Jhana (tingkat konsentrasi dalam meditasi), dan beberapa diantara mereka karena terobsesi makanan (kelaparan), tak mampu mencapai Jhana. Bagaimana mungkin mereka dapat terlahir disana? Yaitu dengan Jhana yang mereka dapatkan sesudah terlahir di alam dewa dan melatih meditasi disana.

Sebenarnya seratus ribu tahun sebelum kiamat dewa dari alam sugati yang disebut Loka Byuha (world marshall) telah mengetahui bahwa seratus ribu tahun yang akan datang akan muncul akhir masa dunia (akhir kappa). Kemudian mereka berkeliling di alam manusia, dengan rambut dicukur, kepala tanpa penutup, dengan muka yang memelas, menghapus air mata yang bercucuran, memakai pakaian warna celupan, dengan keadaan pakaian semrawut mereka mengumumkan kepada manusia , “ Tuan-tuan yang baik, Seratus ribu tahun dari sekarang akan tiba pada akhir dunia (akhir kappa), dunia ini akan hancur, bahkan samudra pun akan mengering. Bumi ini dan sineru raja semua gunung, akan terbakar habis dan musnah, kehancuran bumi akan merambat sampai ke alam brahma, kembangkanlah metta bhavana (meditasi cinta kasih) dengan baik, kembangkanlah karuna (belas kasihan), mudita (empathi) dan juga upekkha (keseimbangan batin, yaitu tidak marah bila dicela dan tidak besar kepala bila dipuji) rawatlah ibumu, rawatlah ayahmu, hormatilah sesepuh kerabatmu”.

Setelah para dewa dan manusia mendengar kata-kata ini mereka pada umumnya merasa bahwa suatu hal yang penting harus segera dilakukan, mereka menjadi baik terhadap sesama, dan membuat pahala (kusalakamma), melatih cinta kasih dan sebagainya, akibatnya mereka terlahir kembali di alam dewa, di sana mereka mendapatkan makanan dewa, kemudian melatih meditasi kasina dengan obyek udara lalu mencapai jhana.

Yang lainnya terlahir di alam dewa sugati (sense sphere) melalui kamma yang dipupuk dalam kehidupan sebelumnya (Aparapariya vedaniyena kammena), yaitu kamma yang akan berbuah dimasa mendatang. Sebab tidak ada makhluk hidup yang menjelajahi lingkaran kelahiran kembali tanpa memiliki simpanan kamma (baik maupun buruk) masa lampau yang akan berbuah di masa mendatang. Mereka pun mencapai jhana dengan cara yang sama. Pada akhirnya semuanya akan terlahir kembali di alam brahma diantaranya melalui pencapaian jhana di alam dewa yang menyenangkan dengan cara ini. Setelah waktu yang lama sekali hujan tidak turun, matahari kedua muncul. Dan ini diterangkan oleh sang Bhagava dengan diawali kata-kata, “Para Bhikkhu, ada masanya dimana... (Angguttara Nikaya IV, 100). Dan selanjutnya ada di dalam Satta Suriya Sutta.

Ketika matahari kedua telah muncul, tak bisa lagi dibedakan antara siang dan malam. Setelah matahari yang satu tenggelam yang lain terbit, dunia merasakan terik matahari tanpa henti, tetapi tidak ada dewa yang mengatur matahari pada waktu kehancuran kappa berlangsung seperti pada matahari yang biasa, (karena dewa matahari pun mencapai jhana dan terlahir kembali di alam brahma). Pada waktu matahari yang biasa bersinar awan kilat dan uap air berbentuk gelap memanjang melintasi angkasa, tetapi pada kehadiran matahari penghancur kappa angkasa sama kosongnya dengan cakram kaca jendela tanpa kehadiran awan dan uap air. Dimulai dengan anak sungai, air di semua sungai kecuali lima sungai terbesar menguap. Setelah waktu yang panjang berlalu matahari ketiga muncul, setelah muncul matahari ketiga air dari semua sungai juga menguap, kemudian setelah lama berlalu demikian matahari keempat muncul dan tujuh danau besar yang menjadi sumber sungai-sungai terbesar yaitu Sihappapatta, Hamsapatana, Khannamundaka, Rathakhara, Anotata, Chaddanta dan Kunala juga ikut menguap.

Lama berlalu demikian, muncullah matahari kelima setelah muncul matahari kelima air yang tersisa di samudera tidak cukup tinggi untuk membasahi satu ruas jari tangan. Kemudian di akhir periode itu munculah matahari keenam yang membuat seluruh dunia menjadi gas, semua kelembabannya telah menguap, seratus milyar tata surya yang ada disekeliling tatasurya kita sama nasibnya seperti tatasurya kita. Setelah lama berlalu, akhimya matahari ketujuh muncul. Setelah munculnya matahari ketujuh, seluruh dunia (tatasurya kita) bersama dengan seratus milyar tatasurya yang lain terbakar. Walaupun puncak Sineru yang tingginya lebih dari seratus yojana juga ikut hancur berantakan dan lenyap di angkasa.

Kebakaran bertambah besar dan menyerang alam dewa Catumaharajika, setelah membakar istana emas, istana permata dan istana kristal yang berada di sana, kebakaran merambat terus ke alam surga tavatimsa dan naik terus ke alam brahma jhana pertama. Setelah membumi-hanguskan alam brahma jhana kedua yang lebih rendah, api itu berhenti sebelum mencapai alam Brahma Abhassara. Selama masih ada bentuk walaupun seukuran atom?, api itu tidak lenyap, api itu hanya lenyap setelah semua yang berbentuk musnah terbakar, seperti api yang membakar ghee (lemak yang berasal dari susu) dan minyak, tidak meninggalkan debu.

Angkasa yang di atas dan di bawah sekarang menjadi satu dalam kegelapan yang mencekam yang meliputi alam semesta. Setelah suatu masa yang lama sekali berlalu, munculah awan yang sangat besar, pada mulanya hujan turun perlahan-lahan kemudian bagai bah turun tetesan yang lebih besar seperti tangkai teratai, seperti pipa, seperti antan, seperti tangkai palem, terus bertambah besar dam menyirami semua tempat yang bekas terbakar pada seratus milyar tata surya sampai menjadi terendam. Kemudian angin (energi) yang berada di bawah dan sekelilingnya muncul dan menekan serta membulatkannya, seperti butir air di daun teratai, bagaimana mengkompres air yang berjumlah luar biasa banyaknya? Dengan membuat celah. Sebab angin membuat celah di sana-sini.

Dikarenakan tertekan oleh udara, menyatu dan berkurang, maka bentulnya mengecil pada waktu alam brahma yang lebih rendah muncul pada tempatnya dan tempat alam dewa yang lebih tinggi muncul lebih dahulu pada tempatnya setelah turun sampai batas tinggi sebelumnya (alam-alam dewa Catumaharajika dan Tavatimsa muncul bersamaan dengan munculnya bumi karena kedua alam tersebut terkait dengan bumi), angin yang kencang muncul dan menghentikan proses tersebut serta menahannya tetap pada posisi itu, seperti air pada teko yang di tutup lubangnya. Setelah proses itu selesai, humus yang penting muncul di atas permukaannya, yang memiliki warna, bau dan rasa seperti lapisan yang berada di atas permukaan tajin (berasal dari cucian beras). Kemudian para makhluk yang lebih awal terlahir di alam Brahma Abhassara turun dari sana oleh karena habisnya usia atau ketika kamma baik mereka (yang menopang kehidupan di sana) telah habis maka mereka terlahir kembali di sini, tubuh mereka bercahaya dan melayang layang di angkasa. Setelah memakan humus, mereka dikuasai oleh kemelekatan seperti yang di uraikan dalam Aganna Sutta (Digha Nikaya III 85).

Periode waktu munculnya awan yang mengawali kehancuran kappa sampai apinya padam disebut satu Asankheyya, dan disebut masa penyusutan (contraction/pali: samvatto). Setelah padamnya api sampai timbulnya awan besar pemulihan yang menyirami seratus milyar tata-surya merupakan Asankheyya kedua, dan disebut masa setelah penyusutan (samvattathayi).

Periode setelah pemulihan sampai munculnya bulan dan matahari merupakan asankheyya ketiga dan disebut pengembangan (expansion/vivatto). Periode setelah munculnya bulan matahari sampai munculnya awan yang mengawali kehancuran merupakan asankheyya keempat dan disebut masa setelah ekspansi (vivatthayi). Empat asankheyya ini disebut satu maha kappa. Inilah pengertian mengenai kehancuran dan pembentukan kembali alam semesta oleh karena api.

Ada tiga macam kiamat dalam agama Buddha seperti yang tertulis di awal judul, yaitu kiamat yang disebabkan oleh api, air dan angin. Awal dari kehancurannya adalah sama, yaitu dengan munculnya awan besar yang menjadi awal. Perbedaannya adalah jika pada kehancuran karena api matahari kedua muncul maka pada kehancuran karena air muncullah awan kaustik yang maha besar (kharudaka).

Pada awalnya hujan muncul perlahan-lahan, kemudian sedikit demi sedikit bertambah besar sampai menyirami seratus milyar tata surya, setelah tersentuh air kaustik, bumi gunung dan sebagainya mencair dan semua air yang timbul ditunjang oleh angin (energi). Air merendam semua yang ada di bumi sampai alam jhana kedua terus naik hingga ke alam jhana ketiga yang lebih rendah dan berhenti sebelum sampai di alam subhakinha. Air itu tak akan surut apabila ada benda yang bersisa walaupun hanya sebesar atom, dan hanya akan surut apabila semua benda yang berbentuk telah larut.

Awal dari semuanya yaitu: angkasa yang di atas dan angkasa yang di bawah bersatu diselimuti kegelapan semesta yang mencekam, telah diterangkan perbedaannya yaitu pada kehancuran karena api alam maha brahma lebih dahulu muncul dan makhluk-makhluk terlahir dari alam Brahma Abhassara sedangkan pada kehancuran karena air para makhluk turun dari alam subhakinha ke alam Brahma yang lebih rendah dan ke alam-alam yang berada dibawahnya. Periode munculnya awan besar yang mengawali kehancuran sampai surutnya air kaustik disebut satu asankheyya, periode surutnya air sampai munculnya awan pemulihan disebut satu asankheyya, periode munculnya awan pemulihan sampai... dan seterusnya, keempat asankheyya ini disebut satu maha kappa, inilah bentuk penghancuran kappa dengan air (zat cair)’

Kehancuran alam semesta yang disebabkan oleh angin mirip dengan air dan api, yaitu pertama munculah awan yang mengawali kehancuran kappa, tetapi ada perbedaannya, bila penghancuran karena api muncul matahari kedua, maka pada kehancuran yang disebabkan oleh angin muncullah angin (unsur gerak) yang menghancurkan kappa itu, pertama muncullah angin yang menerbangkan debu (flue) kasar kemudian flue halus lalu pasir halus, pasir kasar, kerikil, batu dan seterusnya kemudian sampai mengangkat batu sebesar batu nisan dan pohon-pohon besar yang tumbuh ditempat yang tak rata semua tertiup dari bumi ke angkasa luar dan tidak jatuh kembali ke bumi tetapi hancur berkeping-keping dan musnah.
Kemudian angin muncul dari bawah permukaan bumi dan membalikkan bumi melemparnya ke angkasa. Bumi hancur menjadi pecahan kecil-kecil berukuran seratus yojana, dua, tiga, empat, lima ratus yojana dan terlempar ke angkasa juga, hancur berkeping-keping lalu musnah. Gunung-gunung di tatasurya dan gunung Sineru tercabut ke luar angkasa, disana gunung-gunung ini saling bertumbukan hingga berkeping-keping lalu lenyap.

Dengan cara ini angin menghancurkan alam para dewa yang dibangun di bumi (di gunung Sineru) dan yang dibangun di angkasa, kekuatan angin itu meningkat terus dan menghancurkan keenam alam dewa yang penuh kebahagiaan indera kamasugati (dari alam catumaharajika sampai ke alam paranimitavasavati), seratus milyar (lit: seratus ribu juta) tatasurya ikut hancur juga. Tata-surya bertumbukan dengan tata surya, Gunung Himalaya dengan Gunung Himalaya, Sineru dengan Sineru sampai hancur berkeping-keping dan musnah.

Angin menghancurkan dari bumi sampai alam brahma Jhana ketiga dan berhenti sebelum mencapai alam vehapphala yang berada pada alam jhana keempat. Setelah menghancurkan semuanya angin kembali mereda, kemudian semuanya kembali seperti yang sudah diterangkan sebelumnya, ‘angkasa yang di atas menjadi satu dengan angkasa yang di bawah dalam kegelapan yang mencekam dan alam yang kembali muncul pertama kali adalah alam brahma subhakinha.

Periode waktu awan besar awal kehancuran muncul sampai surutnya angin yang menghancurkan adalah satu asankheyya kappa, periode surutnya angin sampai munculnya awan pemulihan adalah satu asankheyya kappa juga dan seterusnya. Empat asankheyya kappa ini membentuk satu mahakappa, beginilah cara kehancuran yang disebabkan oleh angin.

Apakah yang menyebabkan kehancuran dunia seperti ini? Tiga akar akusala kamma (perbuatan buruk) adalah penyebabnya, apabila salah satu akar akusala kamma lebih menonjol maka dunia akan hancur oleh sebab itu, contohnya bila lobha (keserakahan materi) lebih menonjol maka dunia akan hancur oleh api, bila dosa (kebencian) lebih menonjol maka dunia akan hancur oleh air, dan jika moha yaitu kegelapan batin yang disebabkan oleh ketidak mampuan seseorang membedakan yang baik dan yang buruk (bukan kebodohan dikarenakan tidak bersekolah) lebih menonjol maka dunia akan hancur oleh angin, ada juga yang beranggapan bila kebencian lebih menonjol dunia akan hancur oleh api, dan bila lobha yang lebih menonjol dunia akan hancur oleh air.

Sekuen penghancurannya yaitu,

Quote:
1 sampai 7 oleh api, 8 oleh air,
9 hingga 15 oleh api, 16 oleh air,
17 hingga 23 oleh api dstnya ,
setelah kehancuran ke
56 oleh air, lalu 57 hingga 63 oleh api
dan yang ke 64 oleh angin,
setelah itu mulai lagi hitungan satu


tujuh kali hancur oleh api, yang kedelapan hancur oleh air. setelah tujuh kali hancur olch air tujuh kali lagi hancur oleh api, enam puluh tiga maha kappa telah berlalu dan pada kappa keenam puluh empat maka giliran angin yang menghancurkan sehingga alam Subhakhina juga ikut hancur di mana usia maksimumnya adalah tepat enam puluh empat kappa.

Untuk lebih jelasnya demikian, sesuai dengan bunyi sutta pada awal tulisan ini, alam bereaksi sesuai dengan keadaan yang ada, “Dunia ini akan hancur oleh angin, air dan api …’ dan berlangsung sejak masa yang tak terhitung dan akan terus berlangsung tanpa dapat diketahui kapan akan berakhir.

Friday, October 24, 2008

Maha Guru Sang Buddha

BUDDHA SAKYAMUNI


Buddha diagungkan bukan karena kekayaan, keindahan, atau lainnya. Beliau diagungkan karena kebaikan, kebijaksanaan, dan pencerahanNya. Inilah alasan mengapa umat Buddha, menganggap ajaran Buddha sebagai jalan hidup tertinggi. Apa sajakah hal-hal yang menumbuhkan kekaguman terhadap ajaran Buddha .

1. Ajaran Buddha tidak membedakan kelas / kasta Buddha mengajarkan bahwa manusia menjadi baik atau jahat bukan karena kasta atau status sosial, bukan pula karena percaya atau menganut suatu ajaran agama.
Seseorang baik atau jahat karena perbuatannya. Dengan berbuat jahat, seseorang menjadi jahat, dan dengan berbuat baik, seseorang menjadi baik. Setiap orang, apakah ia raja, orang miskin atau pun orang kaya, bisa masuk surga atau neraka, atau mencapai Nibbana, dan hal itu bukan karena kelas atau pun kepercayaannya.

2. Agama Buddha mengajarkan belas kasih yang universal. Buddha mengajarkan kita untuk memancarkan metta (kasih sayang dan cinta kasih) kepada semua makhluk tanpa kecuali. Terhadap manusia, janganlah membedakan bangsa. Terhadap hewan, janganlah membedakan jenisnya.

3. Dalam ajaran Buddha, tidak seorang pun diperintahkan untuk percaya. Sang Buddha tidak pernah memaksa seseorang untuk mempercayai ajaranNya. Semua adalah pilihan sendiri, tergantung pada hasil kajian masing-masing individu. Buddha bahkan menyarankan, "Jangan percaya apa yang Kukatakan kepadamu sampai kamu mengkaji dengan kebijaksanaanmu sendiri secara cermat dan teliti apa yang Kukatakan."
Hal ini pun berbeda dengan agama lain yang melarang pengikutnya mengkritik ajarannya sendiri. Ajaran Buddha tidak terlalu dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan dan kritik-kritik terhadap ajaranNya. Jelaslah bahwa ajaran Buddha memberikan kemerdekaan atau kebebasan berpikir.

4. Agama Buddha mengajarkan diri sendiri sebagai pelindung. Buddha bersabda, "Jadikanlah dirimu pelindung bagi dirimu sendiri. Siapa lagi yang menjadi pelindungmu? Bagi orang yang telah berlatih dengan sempurna, maka dia telah mencapai perlindungan terbaik."
Buddha tidak pernah mengutuk seseorang ke neraka atau pun menjanjikan seseorang ke surga, atau Nibbana; karena semua itu tergantung akibat dari perbuatan tiap-tiap orang, sementara Buddha hanyalah guru atau pemimpin. Seperti tertulis dalam Dhammapada, "Semua Buddha, termasuk Saya, hanyalah penunjuk jalan." Pilihan untuk mengikuti jalanNya atau tidak, tergantung pada orang yang bersangkutan. Hal ini pula yang membedakan dengan agama lain yang percaya Tuhan bisa menghukum orang ke neraka atau mengirimnya ke surga.

5. Agama Buddha adalah agama yang suci. Yang dimaksudkan di sini adalah agama tanpa pertumpahan darah. Dari awal perkembangannya sampai sekarang, lebih dari 2500 tahun, agama Buddha tidak pernah menyebabkan peperangan. Bahkan, Buddha sendiri melarang penyebaran ajaranNya melalui senjata dan kekerasan.

6. Agama Buddha adalah agama yang damai dan tanpa monopoli kedudukan. Dalam Dhammapada, Buddha bersabda, "Seseorang yang membuang pikiran untuk menaklukkan orang lain akan merasakan kedamaian." Pada saat yang sama, Beliau memuji upaya menaklukkan diri sendiri. Beliau berkata, "Seseorang yang menaklukkan ribuan orang dalam perang bukanlah penakluk sejati. Tetapi seseorang yang hanya menaklukkan seorang saja yaitu dirinya sendiri, dialah pemenang tertinggi." Di sini, menaklukkan diri sendiri terletak pada bagaimana mengatasi kilesa (kekotoran batin).

Buddha mengatakan bahwa semua makhluk harus dianggap sebagai sahabat atau saudara dalam kelahiran, usia tua, penyakit, dan kematian. Beliau juga mengajarkan semua umat Buddha untuk tidak menjadi musuh orang-orang tak seagama atau pun menganggap mereka sebagai orang yang berdosa.
Beliau mengatakan bahwa siapa saja yang hidup dengan benar, tak peduli agama apapun yang dianutnya, mempunyai harapan yang sama untuk beroleh kebahagiaan di kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang.

Sebaliknya, siapapun yang menganut agama Buddha tetapi tidak mempraktikkannya, hanya akan beroleh sedikit harapan akan pembebasan dan kebahagiaan. Dalam agama Buddha, setiap orang memiliki hak yang sama untuk mencapai kedudukan yang tinggi. Dengan kata lain, setiap orang dapat mencapai Kebuddhaan.

7. Agama Buddha mengajarkan hukum sebab dan akibat.
Buddha mengajarkan bahwa segala sesuatu muncul dari suatu sebab. Tiada suatu apapun yang muncul tanpa alasan. Kebodohan, ketamakan, keuntungan, kedudukan, pujian, kegembiraan, kerugian, penghinaan, celaan, penderitaan รข€“semua adalah akibat dari keadaan-keadaan yang memiliki sebab. Akibat-akibat baik muncul dari keadaan-keadaan yang baik, dan akibat buruk muncul dari penyebab-penyebab buruk pula. Kita sendiri yang menyebabkan keberuntungan dan ketidakberuntungan kita sendiri.

Tidak ada Tuhan atau siapapun yang dapat melakukannya untuk kita. Oleh karena itu, kita harus mencari keberuntungan kita sendiri, bukan membuang-buang waktu menunggu orang lain melakukannya untuk kita. Jika seseorang mengharapkan kebaikan, maka dia hanya akan berbuat kebaikan dan berusaha menghindari pikiran dan perbuatan jahat.

Prinsip-prinsip sebab dan akibat; suatu kondisi yang pada mulanya sebagai akibat akan menjadi sebab dari kondisi yang lain, dan seterusnya seperti mata rantai. Prinsip ini sejalan dengan pengetahuan modern yang membuat agama Buddha tidak ketinggalan jaman daripada agama-agama lain di dunia.

Sang Buddha Menjadi Contoh Perdamaian.

"Meninggalkan pembunuhan, bhikkhu Gautama hidup menghindari diri dari membunuh, beliau tidak menggunakan tongkat ataupun pedang, beliau hidup dengan penuh perhatian, belas kasihan dan simpati kepada yang lain" (Digha Nikaya, Sutta No.1)

"Sang Buddha tidak hanya puas (Catatan dari penterjemah: puas dalam arti: Buddha lebih suka) Buddha dengan omongan dan ucapan tentang perdamaian. Buddha juga tidak puas kalau hanya diriNya yang hidup dalam damai. Beliau secara aktif mendukung kedamaian dengan berusaha menghentikan peperangan. Ketika saudara-saudaraNya hendak pergi perang untuk merebut bagian air sungai Rohini, Sang Buddha tidak memihak siapapun.

Sang Buddha tidak mendukung saudara-saudaraNya untuk ikut perang, tidak membantu dalam taktik peperangan, atau tidak menyuruh saudara-saudaraNya untuk tidak memberi ampun kepada musuh. Akan tetapi, Sang Buddha berdiri di antara kedua pihak dan berkata,"Mana yang lebih berharga? Darah atau air?" Para tentara menjawab,"Darah lebih berharga, Tuan."

Lalu Sang Buddha berkata,"Lalu bukankah sangat tidak masuk akal untuk
mengorbankan darah demi air?" Kedua belah pihak akhirnya meletakkan
senjata dan tercapailah perdamaian." (Dhammapada Atthakata Book 15,1)

Sang Buddha telah menyingkirkan kebencian dan mengisi pikiranNya dengan cinta dan belas kasihan. Menyetujui peperangan adalah hal yang mustahil bagi Sang Buddha.
__________________
"Ada penderitaan, tapi tidak ada yang menderita,
Ada jalan, tapi tidak ada yang menempuhnya,
Ada nibbana, tapi tidak ada yang mencapainya."

Wednesday, October 8, 2008

Download

Hai Smua... Di Sini Kalian Dapat Mendownload Dengan Gratis lagu2 Buddhis Tetapi jangan Di Gunakan Untuk Komersil Tanpa Izin Tertulis Dari Pencipta Atau Dari Produksi Rekaman..
Smoga Smua Dapat Berguna Bagi Para Pendengar....

1. Hadirkan Cinta - Iyed Bustami (4.1 MB)
2. Sang Guru - Meicie Widjaja (3.5 MB)
3. Tekad Siswa Sang Buddha - Jessie (3.5 MB)
4. Lentera Dunia - Olivia Yunita
5. Kasih Dunia - Olivia Yunita
6. Bersamamu - Candani (4.1 MB)
7. Jalan Nirwana - Candani (3 MB)