ManGala Sutta (Berkah Utama)

Wednesday, August 3, 2011

Sambungan Ramalan Mimpi Sang Buddha

Sambungan dari 16 RAMALAN SANG BUDDHA

Suatu ketika Raja Pasenadi Kosala bermimpi 16 mimpi yang aneh yang membuatnya tidak bisa tidur nyenyak. Ketika para menteri dan brahmana menanyakan apakah semalam raja tidur dengan nyenyak, raja menjawab tidak karena mimpi2 tersebut. Kemudian ia meminta para brahmana untuk menafsikan mimpinya. Para brahmana menjawab bahwa mimpi2 tsb adalah pertanda buruk. Untuk menghilangkan kemalangan dan hal-hal yang tidak diinginkan, para brahmana menganjurkan pengorbanan hewan besar-besar di seluruh kerajaan. Raja Pasenadi pun menyetujuinya.

Ketika Ratu Mallika, istri Raja Pasenadi, yang adalah seorang pengikut Buddha, mengetahui hal ini, ia menganjurkan raja untuk menanyakan perihal mimpi ini kepada Raja dari semua brahmana, yaitu Sang Buddha Gotama. Maka raja pun menemui Sang Buddha dan Buddha pun memberikan makna dari ke-16 mimpi tersebut yang merupakan gambaran atas kejadian-kejadian yang akan terjadi pada masa yang akan datang.

Setelah menjelaskan arti mimpi2 tsb (seperti yang di-post pd thread ini di atas), Buddha mengatakan kpd raja bahwa tidaklah tepat untuk menyuruh para brahmana guna menafsirkan mimpi tsb, karena kenyataannya para brahmana tersebut memanfaatkan kesempatan ini untuk mengadakan upacara kurban yang sesungguhnya tidak bermanfaat (selain membunuh banyak hewan yang tidak bersalah).

Kemudian Buddha mengisahkan kisah kehidupan lampau-Nya untuk menunjukkan bahwa mimpi2 ini tidak hanya dialami oleh Raja Pasenadi seorang, namun raja-raja zaman dahulu juga mengalami mimpi2 yg sama dan para brahmana zaman tsb jg memanfaatkan kesempatan ini untuk mengadakan upacara kurban. Berikut adalah kisahnya:

Dahulu sekali ada seorang raja yang berkuasa di Benares bernama Brahmadatta. Saat itu Bodhisatta terlahir sebagai anak dari keluarga brahmana. Setelah dewasa, Bodhisatta meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi pertapa. Dalam meditasi ia mencapai berhasil mencapai Abhinna.

Suatu malam Raja Brahmadatta bermimpi 16 mimpi yang luar biasa dan meminta para brahmana untuk mengartikan mimpinya. Para brahmana kemudian menganjurkan raja agar mengadakan upacara kurban untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Namun seorang brahmana muda yang terpelajar dalam Tiga Veda, murid dari kepala brahmana, mengatakan bahwa dalam Veda diajarkan tidak boleh membunuh makhluk hidup, mengapa gurunya menganjurkan upacara kurban. Sang guru menjawab bahwa ini adalah kesempatan untuk mendapatkan uang dari kekayaan raja (karena upacara kurban membutuhkan dana yang besar, biasanya para brahmana yang mengatur upacara tersebut meminta sejumlah uang dari raja).

Sang murid tidak setuju dengan hal ini, maka ia meninggalkan gurunya dan pergi ke taman kerajaan di mana ia berjumpa dengan Bodhisatta. Pertapa Bodhisatta menanyakan apakah raja memerintah dengan baik/adil, sang brahmana muda menjawab ya, tetapi para brahmana telah berusaha mengambil kesempatan dalam kesempitan. Ia pun menceritakan kejadian di istana dan memohon Bodhisatta agar dapat membatalkan upacara kurban tsb krn akan banyak membunuh makhluk2 tidak bersalah.

Atas anjuran sang pertapa, brahmana muda tsb membawa Raja Brahmadatta ke hadapan sang pertapa. Ketika Raja mengisahkan mimpinya persis seperti mimpi Raja Pasenadi di atas, Bodhisatta mengatakan bhw raja tidak perlu takut karena mimpi2 tsb tidak akan terjadi dalam waktu dekat, tetapi jauh di masa yang akan datang. Bodhisatta pun mengajarkan raja agar tidak membunuh para hewan yang tidak berdosa dan menganjurkan agar raja menjalankan Pancasila Buddhis.

Dalam kisah Jataka ini Raja Brahmadatta tak lain adalah Ananda, brahmana muda adalah Sariputta, dan sang pertapa adalah Buddha sendiri.

Setelah menguraikan kisah ini, Buddha menyuruh Raja Pasenadi membatalkan upacara kurban tsb.

No comments: